Tahun ini, pertumbuhan ekonomi di Bali diperkirakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Dewi Setyowati akan tumbuh pada kisaran 6,6-7,1 persen (YOY). Kondisi Tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya.
“Kondisi tersebut sejalan dengan pertumbuhan perekonomian dunia tahun ini yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya,” tutur dewi, disela-sela seminar sehari “Perempuan dan Kemandirian Finansial” di kantor BI Provinsi Bali, Jumat (24/4) kemarin. Kondisi tersebut sekaligus membuat capaian angka inflasi periode sama kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahuhn sbelumnya. Meski begitu, terangnya, Bali masih menghadapi tantangan pengendalian inflasi yang cukup tinggi. Sebab, jika dilihat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, rata-rata inflasi Bali mencapai 6,63 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional 6,36 persen.
Disisi lain, jelas Dewi, di level regional terdapat potensi yang sangat besar bagi wanita Bali untuk mencapau kemandirian finansial. Berdasarkan hasil survey neraca rumah tangga yang dilakukan BI pada 2013 lalu, ketahanan keuangan rumah tangga di Bali dapat dikatakan cukup kuat. Tentunya tidak lepas dari peran wanita Bali dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.
Hasil survey neraca rumah tangga yang dilakukan BI menunjukkan Bali merupakan provinsi dengan asset rumah tangga terbesar di Indonesia, mencapai Rp648.693.914 per rumah tangga. Tingginya nilai asset tetap mencapai 94,99 persen atau Rp616.2050.537 per rumah tangga.
Potensi pemanfaatan asset tetap yang memiliki share cukup besar dalam neraca rumah tangga Bali sekiranya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan yang lebih produktif. Misalnya, melalui pembangunan usaha-usaha berbasis rumah tangga seperti childcare, menggiatkan Simantri serta industri kreatif lainnya.
“Hal tersebut akan bisa berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga, dan lebih jauh lagi dapat mendorong perputaran ekonomi serta membawa kemanfaatan bagi masyarakat luas,” harapnya.
Sumber : Bisnis Bali