Optimis 60% Persoalan Sampah di Bali Tuntas
DENPASAR – Gubernur Bali, Wayan Koster, mengapresiasi peran serta Bintara Pembina Desa (Babinsa) dalam mengakselerasi pengelolaan sampah berbasis sumber. Menurutnya, keterlibatan Babinsa sangat membantu dalam membangun kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah dari sumbernya.
Persoalan sampah di Bali menjadi isu krusial mengingat provinsi ini merupakan destinasi wisata dunia sekaligus etalase wajah Indonesia. Selama ini, penanganan sampah dilakukan dengan cara mengumpulkan limbah dari rumah tangga, perkantoran, dan pasar, lalu membawanya ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pola ini menyebabkan penumpukan di TPA dan berpotensi menjadi ancaman bagi lingkungan.
“Sekarang kita akan mengelola sampah dengan sistem yang berbeda dari sebelumnya. Sampah harus dikendalikan dan dikelola langsung dari sumbernya. Masyarakat akan memilah sampah, kemudian sampahnya akan diselesaikan langsung di desa tersebut. Desaku bersih tanpa mengotori desa lainnya,” ujar Gubernur Koster dalam sambutannya pada acara pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber bagi Babinsa di Markas Komando Daerah Militer Udayana, Denpasar, Senin (24/3).
Ia menambahkan, selama ini pengelolaan sampah di desa belum optimal karena masyarakat belum terbiasa memilah sampah, dan beberapa desa belum menemukan pola penanganan yang tepat. Untuk itu, peran Babinsa diharapkan dapat mempercepat penerapan sistem pengelolaan sampah berbasis sumber.
“Kalau semua bergerak, Babinsa seluruh Bali bergerak, bergotong royong membangun budaya kelola sampah di masyarakat, saya yakin permasalahan sampah ini akan terselesaikan. Paling tidak dalam dua tahun ke depan akan ada hasilnya,” tambahnya.
Gubernur Koster menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di Bali akan diterapkan melalui dua pola. Di desa, pengelolaan dilakukan berbasis sumber, sedangkan di wilayah perkotaan seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar, akan diterapkan pola khusus karena tingginya volume sampah yang dihasilkan.
“Dengan penerapan dua pola ini, saya optimis persoalan sampah di Bali akan terselesaikan. Jika sampah di desa-desa dapat kita tangani, maka 60% persoalan pengelolaan sampah di Bali akan tuntas,” katanya.
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, turut menyoroti pentingnya pengelolaan sampah berbasis sumber. Menurutnya, sampah merupakan isu strategis bagi Bali yang menjadi pusat pariwisata Indonesia.
“Pelibatan Babinsa akan mendukung optimalisasi pengelolaan sampah berbasis sumber. Babinsa memiliki potensi sebagai Agent of Change dalam membangun kesadaran masyarakat. Ini akan menjadi titik awal dan inisiasi dalam mewujudkan Bali bersih dan Indonesia bebas sampah. Keberhasilan penanganan sampah di Bali akan menjadi representasi keberhasilan pengelolaan sampah di Indonesia,” ujarnya.
Bimtek Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber bagi Babinsa ini tidak hanya melibatkan Babinsa dari Provinsi Bali, tetapi juga dari NTB dan NTT. Acara tersebut dibuka langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dan dihadiri oleh Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI M. Zamroni, Plt. Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, I Made Rentin, jajaran Kementerian Lingkungan Hidup, serta tamu undangan lainnya. (PA/DP)