(Rabu 12/13/2023). Netralitas ASN (Aparatur Sipil Negara) dan non-ASN sangat penting dalam menjaga integritas dan transparansi dalam proses pemilu. ASN, sebagai bagian dari pemerintahan, diharapkan menjaga netralitasnya agar tidak terlibat dalam aktivitas politik praktis atau mendukung salah satu kandidat secara terbuka. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan publik tetap fokus pada kepentingan masyarakat tanpa adanya pengaruh politik yang merugikan.
Sementara itu, non-ASN juga diharapkan menjaga netralitas dalam konteks pemilu agar tidak memanfaatkan sumber daya atau pengaruhnya untuk kepentingan politik tertentu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang adil dan setara bagi semua peserta pemilu.
Netralitas ini penting untuk mendukung proses demokratis yang bersih dan jujur, di mana masyarakat dapat membuat pilihan berdasarkan informasi yang obyektif dan tidak terpengaruh oleh kekuatan atau lembaga tertentu. Hal tersebut diatas disampaikan oleh tim Satgas Netralitas ASN dan non ASN dilingkungan Pemerintah Provinsi Bali, saat menyambangi Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik pada agenda Sosialisasi yang diterima oleh Kepala Bidang Persandia Putu Sundika mewakili Kepala Dinas serta di ikuti oleh seluruh pegawai ASN dan Non ASN. Tim Satgar terdiri dari, Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia, Inspektorat dan Kesbangpol Provinsi Bali. Ditegaskan lagi dari BKPSDM Prov Bali “Jarimu adalah Harimau mu” ujar Pak Panca selaku Ketua Tim, yang memberi pesan berhati hati dalam kontek bermedia sosial, karena rekam jejak digital bisa menjadi alat bukti untuk dilaporkan ke yang berwenang. Sekretaris Kesbangpol juga mengingatkan bahwa posisikan diri dan jaga diri disaat situasi tertentu bila terindikasi ada kegiatan yang berbau kompanye di sekitar lingkungan kita bahkan di keluarga.
Memberikan pengertian kepada warga dan komunitas bahwa posisianda adalah Aparat pemerintah, sehingga dapat dimaklumi. Hal tersebut juga ditegaskan oleh tim dari Inspektorat terkait strategi memposisikan diri bila ada keluarga menjadi calon peserta Pemilu tahun ini. Sebagai penutup Putu Sundika menyampaikan bahwa penggunaan media what app (WA) bahkan WAG agar berhati hati menjawab goyonan atau bahkan memakai emoji calon tertentu sebagai bentuk menjawab bahkan menyampaikan pesan bahkan pesan berantai. Hal itu juga dapat berimplikasi dan disinnyalir mendukung calon tertentu atau indikasi tidak netral. (MD)