Denpasar –
TPID dan BI mengambillangkah antisipatif menghadapi dampak el nino dan pengendalian inflasi di Bali selama semester II/2015. Langkah antisipasi ini melibatkan BMKG Provinsi Bali dan diikuti seluruh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan dari provinsi/kabupaten/kota se Bali.
Wakil TPID Bali yang juga Kepala KPw BI Bali, Dewi Setyowati di Renon, baru-baru ini mengatakan, pelibatan beberapa instansi sebagai upaya mempersiapkan berbagai langkah antisipasi menghadaipi dampak el nino Bali dari masing-masing dinas, khususnya terkait kecukupan produksi bidang pertanian, peternakan dan perikanan.
Hasilnya BMKG Bali menginformasikan, gejala el nino merupakan anomali iklim yang sifatnya terjadi secara global, namun dampaknya bersifat lokal dan bervariasi dari masing-masing wilayah. Untuk Bali, dampaknya diperkirakan tidak separah daerah lain dan juga tidak semua daerah Bali terkena dampak el nino.
Untuk produksi pertanian, meskipun dampak el nino sudah mulai terasa, di sebagian wilayah Bali saat ini masih menghasilkan panen secara berkelanjutan. Diperkirakan sekitar Oktober 2015 Bali sudah diguyur hujan meskipun intensitasnya masih di bawah normal sehingga diproyeksikan panen di Bali tetap dapat berlangsung dengan baik.
“Dari sisi peternakan, el nino tidak memberikan dampak yang signifikan,” katanya.
Untuk sektor perikanan sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan, katanya, kondisi el nino justru memberikan dampak positif. Kondisi suhu di permukaan air laut saat terjadinya El Nino akan mendukung pertumbuhan yang pesat plankton-plankton yang merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan di laut sehingga diharapkan akan menmbah jumlah populasi ikan di laut dan diharapkan akan lebih meningkatkan produksi perikanan tangkap.
“Untuk itu, kepada masyarakat diimbau untuk lebih banyak mengkonsumsi ikan sebagai alternative konsumsi selain daging ayam atau daging sapi,” ujarnya.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan menghadapi el nino ke depannya, yaitu dengan rata-rata curah hujan tahunan yang tinggi di Bali jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah timur Indonesia, maka perlu diperhatikan dan dilakukan sinergi bersama untuk mengantisipasi kekeringan dengan mempersiapkan dengan mempersiapkan infrastruktur waduk dan irigasi yang mendukung pengairan. Khususnya, di daerah yang berpotensi mengalami kekeringan serta penyiapan pompa air yang mecukupi.
BMKG juga memberikan imbauan kepada masyarakat dalam mengahadapi dampak yang ditimbulkan el nino, yaitu melakukan efisiensi penggunaan air, melakukan antisipasi terjadinya kebakaran hutan dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan yang mudah memercikkan api di kawasan hutan atau pada lahan yang mudah terbakar, melakukan kegiatan antisipasi terhadap kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengguanan air.
“Para petani di Bali diharapkan agar lebih banyak meng-update data/informasi dari BMKG sehingga para petani dapat menyesuaikan dengan rencana dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi iklim/cuaca,” sarannya.
Untuk kesehatan, melakukan antisipasi terhadap pengembangbiakkan nyamuk demam berdarah dengan cara membersihkan saluran atau selokan dan ba-bak penampungan air yang bergenang di kawasan perumahan. Masyarakat Bali diharapkan dapat lebih menyikapi permasalahan el nino ini secara bijaksana dan dapat melaksanakan imbauan yang disampaikan oleh BMKG dimaksud.
Sebelumnya, Dewi Setyowati mengakui, inflasi trwiwulan III relatif tinggi dampak base effect. Inflasi tahunan diperkirakan di kisaran 4,2 - 5,2 persen. Untuk pertumbuhan 2015 diprediksi terjadi perlambatan ekonomi 5,73 – 6,73 persen (yoy) akibat berbagai factor.
Berdasarkan kajian ekonomi BI, kata Dewi, perlambatan ekonomi di Pulau Dewata disebabkan oleh tertahannya konsumsi akibat pelemahan daya beli, investasi, serta penurunan kinerja ekspor.
Sumber : Bisnis Bali