KERAMBA-Keramba jarring apung di Danai Batur sebagai salah satu media pembenih ikan. Sejak dua bulan lalu, petani kesulitan dalam mendapatkan benih.
Bangli (Bali Post)
Petani ikan di Danau Batur sejak beberapa bulan belakangan kesulitan mendapatkan benih. Hal ini pun berdampak pada pemenuhan pasokan ke konsumen. Demikian juga dengan harga jualnya yang turut melonjak.
Salah satu petani ikan I Made Darsana, Rabu (27/4) kemarin menuturkan, petani yang membudidayakan ikan di Danau Batur dengan keramba jarring apung (KJA) sebagian mendapatkan benih dari Dinas Peternakan dan Perikanan (P2). Kondisi berbeda terjadi sejak dua bulan lalu, yakni permintaan benih semakin sulit untuk dipenuhi.
Kesulitan benih ini mengakibatkan produksi ikan secara otomatis berkurang. Demikian juga dengan pasokan ke tingkat konsumen. Guna mengantisipasi hal ini, diharapkan pemerintah segera mengganti induk dengan yang baru. “Selain produksi yang berkurang, harga ikan juga jadi melonjak. Kalau bisa induk yang ada sekarang segera diganti dengan yang baru. Supaya lebih produktif,”kata Darsana.
Ukuran benih yang dibudidayakan, kata Darsana dengan panjang 7 sampai 9 cm. Sementara waktu, pemunuhan hanya bergantung pada daerah lain, salah satunya Tabanan. Lantaran jaraknya yang cukup jauh, biaya transportasi yang dikeluarkan petani pun semakin besar. “Jarak jauh juga mempengaruhi kondisi benih,”sebutnya, seraya berlanjut mengatakan kenaikan harga pakan juga cukup mencekik belakangan ini.
Berkurangnya jumlah produksi ikan juga menyebabkan pedagang kelimpungan. Pasalnya, pesanan dari sejumlah pelanggan tak dapat dipenuhi. Kondisi ini diperparah oleh semakin banyaknya pengepul ikan dari Denpasar yang langsung membeli ke Danau Batur.
“Ukuran ikan sekarang kecil-kecil. Itu pun sudah banyak di ambil pengepul dari Denpasar. Kami pedagang lokal hanya mengandalkan langganan,”ucap pedagang di pasar kidul Bangli Ni Wayan Warna.
Pedagang asal Desa Kedisan, Kintamani ini pun menceritakan harga jual ikan melonjak yakni dari Rp 22 ribu menjadi Rp 26 ribu per kilogram. Hal ini pun menuai pertanyaan dari konsumen.”Kenaikan harga sudah terjadi sejak awal tahun, “imbuhnya.
Sebelumnya, Kabid Perikanan Dinas P2 I Nyoman Widiada menjelaskan, kelompok tani ikan di Bangli yang mencapai ratusan, paling banyak di sekitar Danau Batur. Hal ini menyebabkan permintaan benih per tahunnya mencapai 31 juta ekor. Sementara jumlah produksi di BBI hanya tujuh sampai delapan juta ekor per tahun. “Kami belum bisa memenuhi permintaan benih yang sangat banyak. Produksi benih turun,”ujarnya.
Ketersediaan benih ini juga dibenarkan mengakibatkan petani terpaksa mencari ke luar daerah, seperti Tabanan, Negara, dan Klungkung. Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi, Pejabat asal Buleleng ini menyebutkan akan dilakukan pengadaan 20 paket atau delapan ribu calon induk ikan. Sebelum wacana pengadaan ini digulirkan, pembinaan produksi benih secara mandiri oleh petani sudah dilakukan. Hanya saja hal tersebut belum mendatangkan hasil maksimal lantaran mengalami kesulitan dalam perawatan, “Tahun ini rencana ada pengadaan calon induk. Mudah-mudahan produksi ke depan semakin meningkat,” tandasnya.
Sumber : Bali Post