Denpasar –
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat Pulau Dewata mengalami deflasi 0,64 persen pada Oktober 2015. Deflasi dialami Bali ini menunjukkan level terendah sepanjang Sembilan belas tahun terakhir.
“Oktober lalu, Bali kembali mengalami deflasi yang cukup luar biasa, dan angka tersebut merupakan yang terendah sepanjang sembilan belas tahun terakhir,” tutur Kepala BPS Provinsi Bali, Panusunan Siregar, Selasa (2/11) kemarin. Terangnya, performa Bali pada Oktober ini cukup baik.
Denpasar mengalami deflasi 0,56 persen dan Singaraja mengalami hal sama dengan capaian 1,05 persen, periode yang sama. Di sisi lain, jika dilihat performa ekonomi Bali selama Januari-Oktober 2015 inflasi Pulau Dewata ini mencapai 1,29 persen dan Singaraja mencapai 1,09 persen.
Jelas Siregar, pencapaian tersebut dimungkinkan terjadi karena pemerintah daerah dan kabupaten/kota di Bali terus mengawal stabilitas harga barang kebutuhan di pasaran. Bercermin dari kondisi itu dikaitkan target inflasi Pemerintah Provinsi Bali yang mencapai 4,2 persen pada 2015 ini, tampaknya itu akan tercapai. Yang terpenting, pemerintah bisa menekan potensi lonjakan inflasi pada dua bulan terakhir, khususnya Desember yang selalu jadi pendongkrak inflasi dengan banyaknya momen hari raya dan momen pergantian tahun.
Lanjutnya, oktober 2015 lalu komoditas pendorong deflasi untuk di Denpasar di antaranya disumbang oleh penurunan harga daging ayam ras mencapai 0,1837, cabai rawit 0,1766, cabai merah 0,0997 dan angkutan udara mencapai 0,0345. Sementara untuk pendorong inflasi di Singaraja didukung di antaranya oleh cabai rawit mencapai 0,5406, daging ayam ras 0,2832, pasir 0,1698 dan tongkol mencapai 0,0531.
“Selain mengalami penurunan harga, periode yang sama ada juga komoditi yang mengalami lonjakan atau pendorong inflasi. Di antaranya, jangki 0,0275 untuk sumbangan di Denpasar dan kontrak rumah 0,0315 untuk daerah Singaraja pada Oktober 2015 lalu,” tandasnya.
Sementara itu, dari 82 kota tercatat 44 kota mengalami deflasi dan 38 kota mengalami inflsai. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,95 persen dan terendah di Padang Sidimpuan 0,01 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Manado mencapai 1,49 persen dan terendah di Yogyakarta sebesar 0,01 persen.
“Jika diurutkan dari deflasi tertinggi, Denpasar menempati urutan ke-9 dari 44 kota yang mengalami deflasi,” tegasnya.
Sumber : Bisnis Bali