Kota Singaraja, Buleleng
mengalami deflasi sebesar 0,61 persen pada Januari 2015. Angka ini lebih
tinggi dari angka nasional pada bulan yang sama, 0,24 persen.
"Deflasi itu sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang
menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM)," kata Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Senin
(2/2).
Ia mengatakan, pemerintah menurunkan harga BBM sebanyak dua kali dalam
bulan Januari 2015. Penurunan harga itu ditunjukkan oleh turunnya indeks
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -4,54
persen dan kelompok bahan makanan -1,05 persen.
Sedangkan kenaikan harga ditunjukkan oleh meningkatnya indeks pada
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,61 persen, kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,46 persen. Demikian pula
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,34 persen dan
kelompok sandang 0,31 persen.
Panusunan Siregar menambahkan, Kota Singaraja mengalami deflasi 0,61
persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 124,71. Tingkat
inflasi tahun ke tahun yakni Januari 2015 terhadap Januari 2014 sebesar
8,76 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi selama
bulan Januari 2015 antara lain wortel, lampu neon, majalah berkala,
kangkung, cuci kendaraan, daging ayam ras, tongkol, bawang merah dan
sewa rumah. Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei 51
kota di antaranya mengalami deflasi dan 31 kota mengalami inflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Padang sebesar 1,98 persen dan terendah di
Bandung dan Madiun masing-masing 0,05 persen. Inflasi tertinggi di Ambon
sebesar 2,37 persen dan terendah di Malang 0,04 persen. Jika diurut
dari kota yang mengalami deflasi tertinggi maka Kota Singaraja menempati
urutan ke-14, ujar Panusunan Siregar.
Sementara itu, menurunnya indeks pada kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan menjadi pemicu terjadinya deflasi di Kota Denpasar
sebesar 0,08 persen pada bulan Januari 2015. "Kota Denpasar selama 15
tahun (2000-2015) baru dua kali mengalami inflasi, sebelumnya pada
Januari 2009," kata Panusunan Siregar. Ia mengatakan, indeks kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan turun sebesar 4,15 persen dan
enam kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi.
Keenam kelompok tersebut meliputi perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar sebesar 2,30 persen, kelompok bahan makanan 0,50 persen, kelompok
sandang 0,45 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,14
persen, kelompok kesehatan 0,06 persen serta kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau 0,05 persen.
Panusunan Siregar menjelaskan, indeks harga konsumen (IHK) sebesar
116,35 dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Januari 2015 terhadap
Januari 2014 sebesar 6,61 persen. Komponen inti pada Januari 2015
mengalami inflasi sebesar 0,28 persen, komponen bergejolak inflasi
sebesar 0,08 persen, sedangkan komponen harga diatur pemerintah
mengalami deflasi sebesar 0,44 persen.
Ia menambahkan, komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain
bensin, minyak goreng, cabai merah, cabai rawit dan tarif angkutan
udara.
Sementara yang mengalami peningkatan harga selama bulan Januari 2015
antara lain bahan bakar rumah tangga, kayu balokan, tarif listrik, tarif
sewa rumah, upah pembantu rumah tangga, daging ayam ras, telur ayam
ras, wortel dan beras.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 51 kota di
antaranya mengalami deflasi dan 31 kota mengalami inflasi. Deflasi
tertinggi terjadi di Padang sebesar 1,98 persen dan terendah di Bandung
dan Madiun masing-masing 0,05 persen. "Inflasi tertinggi di Ambon
sebesar 2,37 persen dan terendah di Malang 0,04 persen," ujar Panasunan
Siregar. (NusaBali, 3 Februari 2015)