Bali mengalami deflasi
perdesaan sebesar 0,90 persen selama Januari 2015. Angka ini lebih
tinggi dibanding angka deflasi rata-rata nasional pada bulan yang sama
tercatat 0,03 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 16 provinsi
di antaranya mengalami deflasi pedesaan," kata Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Jumat
(6/2).
Ia mengatakan, sebanyak 17 provinsi lainnya mengalami inflasi perdesaan.
Hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan
Januari 2015 menunjukkan NTP Bali mengalami penurunan 0,01 persen dari
104,19 pada bulan Desember 2014 menjadi 104,18 persen.
Kondisi itu akibat menurunnya nilai indeks yang diterima petani lebih
besar dibandingkan penurunan indeks yang dibayar petani Panasunan
Siregar menambahkan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat
tingkat kemampuan daya beli petani di tingkat perdesaan. Demikian juga
mampu menunjukkan daya tukar dan produk pertanian terhadap barang dan
jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya
produksi produk pertanian.
Panasunan Siregar menambahkan, indeks yang diterima petani (lt) pada
Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 0,72 persen dari 121,12 menjadi
120,25. Sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) juga mengalami
penurunan sebesar 0,71 persen dari 116,25 menjadi 115,42. Subsektor yang
mengalami penurunan NTP meliputi subsektor hortikultura dan tanaman
perkebunan rakyat menurun masing-masing sebesar 1,82 persen dan 0,52
persen.
Sedangkan tiga sub sektor lainnya mengalami kenaikan yang terdiri atas
tanaman pangan sebesar 1,46 persen, peternakan 0,65 persen dan perikanan
1,85 persen.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima
petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP dan
semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. (NusaBali, 7 Pebruari 2015).