×

Penguatan Komunikasi Krisis Kesehatan, Pemprov Bali-AIHSP Laksanakan Lokakarya Optimasi Media Sosial

Minggu, 24 Juli 2022 pukul 23.27 (1 tahun yang lalu) | Oleh KRISNA PRASADA PRANA

Komunikasi risiko memiliki rentang waktu yang terus berkelanjutan mulai dari sebelum krisis, saat krisis dan setelah krisis, sehingga tidak ada kata terlambat untuk meneruskan arus informasi yang tepat dan diperlukan secara luas. Hal ini dikatakan National Program Coordinator-VAHSI-AIHSP, dr. Yulianto Santoso Kurniawan saat pembukaan Lokakarya Optimasi Media Sosial yang dilaksanakan kerjasama Pemprov Bali melalui Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), 19-21 Juli 2022 bertempat di Swiss-Belhotel Rainforest Sunset Road, Badung. 

Menurutnya, pandemi Covid selama dua tahun ini memberi pembelajaran yang sangat baik dalam penanganan krisis-krisis kesehatan yang terjadi ataupun yang akan terjadi, seperti HIV-Aids, isu kekurangan gizi stunting, dan juga isu rabies yang menjadi isu untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan. Pandemi covid juga membuka wawasan semua pihak, bahwa tidak ada yang aman sebelum semuanya aman. 

Informasi dan komunikasi risiko memiliki peranan yang sangat penting untuk meminimalisasi dampak akibat krisis yang ada. Ini harus mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat, termasuk kalangan disabilitas. Banyak kalangan disabilitas yang memerlukan bantuan untuk dapat mengakses informasi ini. "Kami percaya melalui bapak-ibu sekalian program kemitraan AIHSP ini mendukung kegiatan sehari-hari sehingga bisa berjalan baik. Dan juga arus informasi melalui berbagai media sosial diharapkan menjadi alat komunikasi yang dapat mencapai seluruh kelompok masyarakat tanpa kecuali. Media sosial merupakan media yang sangat kuat mencapai seluruh lapisan masyarakat,” kata Anton.

 Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. AA Sagung Mas Dwipayani mengatakan ancaman dari kesehatan saat ini selain Covid-19 yang belum berakhir juga rabies dan penyakit mulut dan kuku (PMK). “Walau sampai saat ini belum ada kejadian yang fatal terhadap manusia di Bali, namun rabies dan PMK saat ini perlu perhatian kita semua,” ucapnya. Sehingga informasi krisis bila diberikan secara konvensional, hanya mampu menjangkau beberapa saja, namun bila melalui media sosial ini akan sangat masif, sehingga ini menjadi salah satu program mensosialisasikan promosi kesehatan. Ini senada dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom yang menyatakan pentingnya penguatan komunikasi risiko kesehatan di Provinsi Bali. Ditekankannya perlu disusun strategi dalam membuat konten media sosial, seperti Desain Grafis dan Video Editing yang dilaksanakan saat ini.

Permasalahan kesehatan, khususnya Covid-19, menimbulkan dampak bagi kesehatan, ekonomi dan pariwisata. Untuk itu perlu ada suatu upaya atau strategi untuk mengembalikan kondisi Bali seperti kondisi sedia kala. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, perlu memperkuat penanganan Covid-19 dan komunikasi risiko di Provinsi Bali dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, salah satunya dengan memproduksi konten-konten media infografis berkaitan dengan Covid-19. Konten-konten inilah yang disosialisasikan ke institusi pemerintah maupun non pemerintah. Dukungan yang diberikan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), meliputi peningkatan ketahanan kesehatan, sehingga masyarakat berisiko rendah untuk terkena penyakit menular. Dengan terciptanya Ketahanan Kesehatan di tingkat nasional, regional maupun global maka akan dapat mendukung pengembangan ekonomi dan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Dukungan program jangka panjang yang diberikan AIHSP adalah fasilitasi, identifikasi kebutuhan dan praktik komunikasi risiko dalam menghadapi krisis kesehatan di Provinsi Bali. Menyikapi kondisi yang terjadi saat ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan kembali kegiatan komunikasi risiko di Provinsi Bali secara massif, sehingga semua masyarakat di Bali dapat menerima dan mengakses informasi terkait krisis kesehatan.

Ketua Forum Komunikasi Risiko One Health Provinsi Bali, Arya Sena menekankan, lokakarya penguatan media risiko kesehatan itu tidak semudah yang kita pikirkan seperti di dunia nyata. Untuk itu lokakarya optimalisasi media sosial menjadi sangat penting. Perlu adanya peningkatan kemampuan petugas untuk membuat konten media grafis serta video editing. Media ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam penyampaian informasi komunikasi risiko dalam menghadapi krisis kesehatan di Provinsi Bali.

Lokakarya diikuti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali, Bappeda Provinsi Bali, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Diskominfos Provinsi Bali, dengan mendatangkan narasumber yaitu Shafiq Pontoh dari AIHSP Social Media Strategist, Rahmat Saputra dari CEO Seruni Kreatif, dan Mahali dari Universitas Brawijaya.