×

Peran Bulog Dikembalikan

Kamis, 7 Mei 2015 pukul 08.15 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

FUNGSI BUFFER STOCK

Jakarta -- Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah akan melakukan pembenahan fungsi dan kelembagaan Perum Bulog sebagai strategi jangka pendek dan menengah dalam mengendalikan harga pangan.

Dalam jangka pendek, kapasitas Bulog akan dinaikkan, sedangkan dalam jangka menengah peran lembaga itu akan dikembalikan sebagai penyangga stok (buffer stock) bahan pokok seperti di masa lalu.

"Kita akan bereskan [kelembagaan Bulog] paling lama tiga tahun. Nanti tidak hanya beras tetapi bahan pokok yang lain juga ditangani Bulog." kata Presiden Jokowi menjawab pertanyaan mengenai pembenahan Bulog sebagai buffer stock pangan nasional, saat berdiskusi dengan pemimpin redaksi dan redaktur eksekutif media, Selasa (5/5) malam.

Upaya pengendalian pangan menjadi salah satu program untuk menjaga agar harga beras tidak melambung. Langkah itu bertujuan mempertahankan daya beli masyarakat, guna mendorong titik balik pertumbuhan ekonomi.

"Peran Bulog akan semakin diefektifkan. Kita akan mengendalikan harga pangan lebih baik di bulan Ramadhan dan Lebaran yang akan datang," ujarnya.

Saat ini, berbagai kalangan menilai peran Bulog tidak maksimal dalam mengendalikan harga beras, karena keterbatasannya sebagai BUMN berstatus perusahaan umum.

Sebelum 1998, saat krisis ekonomi, Bulog berperan sepenuhnya sebagai penyangga stok bahan pokok, tetapi peran itu diberangus saat Indonesia menandatangani letter of intent dengan IMF pada awal Januari 1998.

SULIT TERWUJUD

Disisi lain, rencana pemerintah untuk mengembalikan peran Bulog sebagai penyangga stok seperti pada masa lalu dinilai sulit terwujud.

pengamat pertanian IPB Hermanto Siregar mengatakan, peran Bulog sebgai buffer stock akan bisa dilakukan jika Bulog ditransformasi menjadi lembaga pemerintah nonkementrian (LPNK).

"Bulog itu dulu lembaga nondepartemen kementrian, oleh IMF waktu krisis moneter disuruh ubah menjadi Perum. Sekarang, sudah terbukti, Perum itu enggak efektif, karena disatu sisi harus memaksimalkan keuntungan atau meminimumkan biaya, disisi lain melakukan public service obligation [PSO]," kata Hermanto, Rabu (6/5).

Dengan dua tujuan yang bertentangan tersebut, dia menilai Bulog tidak bisa melaksanakan tugas secara maksimal.

Hermanto menambahkan Bulog memegang peranan yang sangat krusial untuk menjaga stabilnya harga beras di tingkat eceran, terutama menjelang puasa dan Lebaran di mana permintaan untuk bahan kebutuhan pokok, khususnya beras, menigkat tajam.

"Bulog itu harus all out dalam pengadaan. Sekarang kan  panen, mereka harus serap sebanyak mungkin untuk menjamin ketersediaan stok. Ketika menjelang puasa, dia harus melakukan operasi pasar saat harga mulai naik," kata Hermanto.