×

RSJ Provinsi Bali Gelar Peringatan Hari Jadi Untuk Pertama Kalinya Setelah 94 Tahun Melayani Masyarakat Bali 

Jumat, 22 Desember 2023 pukul 12.18 (11 bulan yang lalu) | Oleh I Putu Sujatmanta, SE

Bangli - Peringatan Hari Jadi RSJ Provinsi Bali diharapkan dapat menjadi momentum bagi semua civitas hospitalia RSJ untuk semakin mempererat rasa kebersamaan, menumbuh-kembangkan semangat gotong royong, dan menjaga persatuan dan kesatuan dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat Bali pada khususnya. 

 

Demikian penegasan yang disampaikan Pj. Gubernur Bali dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Made Sudarsana saat menghadiri puncak Peringatan Hari Jadi RSJ Provinsi Bali ke-94 di Wantilan RSJ Provinsi Bali, Jl. Kesumayudha, Kawan, Bangli, Selasa (Anggara Wage, Sinta) 19 Desember 2023.

 

Masih dalam sambutan tersebut, diiharapkan beberapa hal yang belum tuntas agar diakselerasi pelaksanaannya, sehingga tidak ada program yang tertinggal, atau tidak ada kepentingan masyarakat terutama pelayanan untuk masyarakat miskin, yang tidak terpenuhi. 

 

"Saya berharap berbagai dinas/ instansi/ OPD lain yang terkait, turut memberikan perhatian dalam program kesehatan jiwa terutama meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ)," ujar Sahli Made Sudarsana membacakan sambutan Pj. Gubernur Bali.

 

Setelah bertumbuh dan berproses hingga menginjak usia ke - 94, peringatan kali ini menjadi peringatan Hari Jadi ya pertama kalinya bagi RSJ Provinsi Bali. Karena sebelum - sebelumnya belum pernah dilaksanakan peringatan serupa untuk merefleksikan kinerja - kinerja yang sudah dicapai, sedang dilaksanakan maupun yang direncanakan kedepannya. Disamping itu, RSJ Provinsi sebelumnya bahkan tidak memiliki logo dan lagu mars layaknya RS pada umumnya.

 

Hal tersebut disampaikan Plt. Direktur RSJ Provinsi Bali dr. I Dewa Gede Basudewa saat mengisahkan upayanya yang didukung segenap jajaran RSJ Provinsi Bali dalam menelusuri awal dibentuknya RSJ satu - satunya di Bali ini. Menyusun kajian, mengadakan penelusuran data hingga di lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), membandingkan fakta - fakta yang ada dilapangan, hingga akhirnya disetujui oleh Gubernur Bali era Wayan Koster yang menetapkan setiap 19 Desember sebagai Hari Jadi RSJ Provinsi Bali.

 

Saat ini, RSJ Provinsi Bali pun telah berkembang dengan berbagai inovasi layanannya yang mengedepankan digitalisasi. Memberdayakan seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki dengan kelebihan dan kekurangannya masing - masing dibantu dengan berbagai pelatihan - pelatihan, serta melibatkan seluruh jajaran tanpa memandang status kepegawaian dan mendorong semangat kerjasama dan dedikasi tinggi, RSJ Provinsi Bali pun berhasil meraih berbagai penilaian - penilaian sempurna. 

 

"Astungkara dengan semangat kerja yang tinggi dari seluruh jajaran RSJ, kita berhasil meraih akreditasi RS dengan predikat Paripurna selama tiga periode berturut - turut, berikutnya akreditasi RS pendidikan kita juga lolos dua kali berturut - turut bahkan kini tidak lagi di evaluasi dan bisa berlaku seterusnya baik sebagai RS Pendidikan Satelit maupun Afiliasi. Dan puncaknya kami berhasil meraih Predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dari KemenPANRB, dimana predikat ini menunjukkan bahwa RSJ telah meraih hasil atas upaya dan komitmen seluruh jajaran RSJ Provinsi Bali mengimplementasikan pelayanan prima dan bebas dari korupsi, dengan melaksanakan secara nyata praktek - praktek reformasi birokrasi pada 6 area perubahan. Penilaian ini dilaksanakan oleh Ombudsman RI dan KPK," cetus dr. Basudewa sembari mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak atas keberhasilan berbagai capaian tersebut.

 

Sementara terkait layanan kesehatan untuk pasien ODGJ, dirinya mengungkapkan Bali saat ini telah mampu mengendalikan pasung ODGJ di lingkungan masyarakat dengan melaksanakan pelepasan dan perawatan yang diawali dengan pendekatan terhadap keluarga pasien. Dari data tahun 2018 yang terdapat 12 ODGJ yang dipasung, setelah ditangani secara bertahap saat ini sepenuhnya telah tertangani. Namun masih menurutnya dimasyarakat masih terdapat praktek serupa yang jauh dari jangkauan informasi, atau karena pengaruh faktor sosial ekonomi kasus serupa ditutupi oleh pihak keluarga.

 

"Kami melakukan berbagai upaya program - program edukasi, sosialiasis dan promosi untuk mengatasi hal ini. Termasuk mengadakan peningkatan capacity building bagi para perawat pengampu jiwa. Memanfaatkan kecanggihan teknologi, kami merancang dan telah melaksanakan berbagai program - program digitalisasi. Seperti memanfaatkan website untuk memberikan himbauan tetap minum obat, program tayangan kunjungan keluarga pasien secara daring. Program Telemedicine, sebulan sekali kami menayangkan program TV online lewat program Gema Jiwa Shanti, disamping juga memanfaatkan berbagai media sosial yang ada untuk menyebarkan berbagai informasi kesehatan jiwa melalui program Satu Link Kesehatan Jiwa (Saling Ketawa)," pungkasnya.