Denpasar - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali
merancang pembuatan neraca bahan pangan dan makanan mengantisipasi kenaikan
harga kebutuhan pokok salah satunya daging ayam.
"TPID Bali harus mencari jalan keluar misalnya memiliki data peternak ayam dan kekuatan stok serta melakukan validasi data. Kami akan membuat neraca bahan makanan sebaik mungkin," kata Wakil Ketua TPID Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, naiknya harga daging ayam di Bali salah satunya tidak terlepas dari isu nasional mengingat harga komoditas bahan makanan itu di sejumlah daerah melonjak.
"Harga daging ayam di Bali ikutan nasional, masyarakat mengonsumsi daging sapi pindah ke daging ayam. Kemarin saat kami menggelar rapat stok daging masih cukup," ucapnya
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra memperkirakan pekan depan pasokan ayam dari para peternak ke sejumlah pasar tradisional akan kembali normal setelah pekan ini mengalami penurunan.
"Kami akui, minggu ini pasokan ayam agak berkurang terkait perayaan Galungan dan Lebaran bulan lalu yang hampir bersamaan," kata Sumantra
Menurut dia saat itu karena kesibukan hari raya, peternak tidak mau memasukkan bibit. Dampaknya berakibat dalam minggu ini karena ayam dipelihara selama satu bulan dan pekan ini tepat satu bulan.
Saat ini, tambah Sumantra, dengan harga daging ayam perkilogram di pasaran kisaran Rp32-33 ribu, bagi peternak sudah cukup baik karena mereka sudah bisa mendapatkan untung dengan harga di tingkat peternak Rp21.500.
Rata-rata setiap bulan jumlah ayam yang beredar di Bali sebanyak 5,5-6 juta ekor. Pasokan ayam di Bali disumbang dari dua peternakan besar di Kabupaten Jembrana dan di Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Jika harga daging ayam mulai normal diperkirakan harga ayam di tingkat peternak juga akan turun juga di kisaran Rp19.000-19.500 perkilogram.
Sumber : bali.antaranews.com