Mangupura, Denpost
Guna mengetahui pemicu naiknya harga cabai merah yang meroket di beberapa daerah khususnya Bali, Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, and Pekebunan Provinsi Bali, Bank Indonesia (BI) Bali yang juga anggota TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) memantau lahan produksi pertanian komoditi cabai rawit di Badung dan Tabanan.
Berdasarkan hasil pantau, awal Januari 2017 kenaikan harga cabai rawit merah cukup signifikan dibandingkan periode akhir Desember 2016. Tercatat harga cabai rawit merah di Pasar Badung dan Pasar Kreneng akhir Desember 2016 berkisar Rp 75 ribu – Rp 80 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 100 ribu – 115 ribu awal januari 2017.
Sementara di Pasar Anyar dan Pasar Banyuari Buleleng, harga cabai rawit merah akhir Desember 2016 masih kisaran Rp 68 ribu – Rp 70 ribu per kilogram. Namun awal Januari 2017 harganya melonjak menjadi Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram. “Kami memantau varietas cabai rawit hijau dan cabai merah besar harganya masih stabil, dan tidak ada kenaikan harga yang signifikan,”kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi KpW BI Bali, Azka Subhan, belum lama ini.
Azka menjelaskan, kunjungannya ke Tabanan dan Badung diperoleh informasi jika pada Januari 2017 ini di Subak Jagat Kertha, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung akan memasuki musim panen dari periode tanam cabai Oktober - November 2016 seluas 8 hektar untuk cabai rawit, dan 9 hektar cabai besar. Sedangkan dari Kelompok Tani Setia Makmur yang tergabung dalam Subak Abian Pucak di Desa Pakraman Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, kelompok tani terdiri dari 320 orang tersebut rata-rata menanam cabe di atas lahan seluas 10 hektar akan memasuki masa panen pada Januari ini. “Kami memilih Badung dan Tabanan, karena dua daerah ini menjadi sentra cabai rawit di Bali,”ujarnya.
Dikatakan, khusus Kelompok Tani Setia Makmur melalui ketuanya Wayan Widana, luas lahan keseluruhan yang ditanami cabai rawit merah sekitar 50 hektar dengan hasil panen per minggu 12,5 ton. Selama ini hasil panen cabai rawit yang masih hijau dibeli Rp 30 ribu per kilogram.
Kenaikan harga cabai yang signifikan, menurut Azka, memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani. Namun, dia berasumsi dengan kenaikan itu di sisi lain masyarakat merasa terbebani. Mekanismenya diserahkan kepada pengepul, karena mereka khawatir belum adanya pasar pasti dengan harga sesuai. “Jangan heran ketika pengepul turut bermain menentukan harga cabai hingga harganya melambung,”ucapnya.
Azka berharap. Harga maupun hama bisa difasilitasi oleh pemerintah melalui pembenahan tata kelola pertanian yang baik bersinergi dengan berbagai pihak. Selain harga yang ditawarkan petani semestinya harga keekonomian sewajarnya. Langkah yang diambil Bank Indonesia dalam mengatasi persoalan pangan bagian dari implementasi nilai strategis Bank Indonesia profesinalism and public interest
Sumber: Denpost