Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia mencacat tekanan inflasi di Provinsi Bali diprediksi rendah pascakenaikan tarif listrik golongan 900 VA karena pangsa golongan tersebut tidak terlalu besar di Pulau Dewata itu.
"Meskipun berpotensi mendorong inflasi Bali pada Januari 2017, dampak dari kenaikan tarif listrik golongan 900 VA tersebut diperkirakan relatif kecil," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Minggu.
Causa mengutip data PLN yang menyebutkan golongan 900 VA hanya sebesar 26,7 persen hingga November 2016.
Dia menuturkan awal tahun 2017 tarif tenaga listrik golongan subsidi 900 VA mengalami kenaikan dari sebesar Rp605 menjadi Rp791 per Januari 2017.
Kenaikan tarif itu, lanjut dia juga akan berlangsung secara bertahap pada Maret, Mei dan Juli sehingga pada 1 Jui tarif golongan itu akan disesuaikan dengan 12 golongan nonsubsidi lainnya.
Di sisi lain 12 golongan lainnya yang memiliki pangsa mencapai 41,38 persen mengalami penurunan tarif dengan rata-rata Rp6 per kwh.
Sementara itu terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis pertalite, pertamax, pertamax turbo dan solar sebesar Rp300 per liter pada 5 Januari 2017 juga diperkirakan turut berpotensi mendorong tekanan inflasi pada Januari 2017.
"Meskipun demikian dampak kenaikan itu diperkirakan masih relatif kecil mengacu pada data historis dampak kenaikan BBM bersubsidi terhadap inflasi Bali," katanya.
Untuk itu pihaknya bersama TPID Bali dan instansi terkait akan menjaga kelompok bahan makanan yang rentan menyumbang inflasi atau "volatile food" supaya tidak berfluktuasi harganya.
Untuk janga pendek, pihaknya bersama instansi terkait mengintensifkan pasar murah yang menjual lebih murah harga kebutuhan pokok seperti cabai rawit, beras, gula pasir dan minyak goreng.
Sumber: Antara Bali