Denpasar ( Bisnis Bali)
Dalam menghadapi tantangan dan risiko perekonomian ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali merekomendasikan kepada pelaku usaha tidak sampai jual asset.
Kepala KPw BI Bali, Dewi Setyowati di Renon, Kamis (14/7) mengatakan, rekomendasiyang bisa dilakukan dalam penyusunan strategis baru yang berfokus pada pengembangan inovasi produk atau layanan yang memiliki daya saing tinggi. Selanjutnya pelaku usaha perlu mengidentifikasi target pasar baru yang potensial (diverifikasi target pasar).
“Pemanfaatan teknologi yang mendukung produktivitas dan efesiensi serta perluasan pasar, termasuk memikirkan kerja sama (joint ventura) dengan perusahaan eksisting untuk ekspansi pasar juga diperlukan,”katanya.
Selain memberikan rekomendasi, Dewi juga memberikan keoptimisan bila pertumbuhan ekonomi Bali keseluruhan pada 2016 diperkirakan lebih tinggi disbanding 2015 yaitu berada pada kisaran 6,08 persen (yoy) - 6,84 persen (yoy).
Perkiraan peningkatan tersebut seiring dengan komponen pertumbuhan ekonomi sepanjang 2016 dan semester II yang meningkat didukung oleh kinerja pertumbuhan ekonomi Bali seperti arah composite leading indicatorI (CLI) Bali yang menunjukkan peningkatan pasa semester II/2016 seiring dengan peningkatan sektor pendukung industri pariwisata yang mendominasi perekonomian Bali.
“Hasil survey kegiatan dunia usaha yang dilakukan oleh BI Bali menunjukkan, peningkatan perkiraan kegiatan dunia usaha dari sebesar saldo bersih tertimbang (SBT) -1,78 persen dari triwulan II/2016 menjadi SBT 9,88 persen pada triwulan II/2016,”ujarnya.
Peningkatan tersebut terutama terjadi pada sektor yang mendukung industri pariwisata yang mencapai peak season pada semester II sesuai pola musimnya. Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Bali dari konsumsi rumah tangga yaitu adanya ekspektasi pelaku usaha dan konsumen terhadap perkembangan ekonomi pada 2016 yang lebih baik. Dari sisi investai, penuruna BI rate dan penggunaan BI 7 day raporate yang mendorong penurunan suku bunga.
“Suku bunga kredit perbankan di Bali periode Januari-Mei 2016 menunjukkan tren yang menurun dengan suku bunga kredit Mei 12,57 persen, lebih rendah dibandingkan suku bunga Januari 2016 mencapai 12,82 persen,”katanya.
Dukungan adanya implementasi 12 paket daregulasi kebijakan pemerintah (salah satunya penurunan suku bunga KUR mencapai 9 persen) juga berpotensi mendorong peningkatan akselerasi dunia usaha serta didukung penghapusan sejumlah perda yang menghambat investasi.
Hal sama dikatakan pemerhati ekonomi lainnya, IB Kade Perdana dan Dr. Irawan. Mereka setuju dengan rekomendasi dari BI. Diharapkan, pelaku usaha usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) sebaiknya memahami keseluruhan aspek bisnis mulai dari pemasaran, pengaturan keuangan, teknologi hingga ke SDM agar dapat bertahan di tengah melambatnya perekonomian.
“UMKM bisa dikatakan teruji terhadap kondisi pelemahan perekonomian. Kendati demikian, tetap UMK perlu melakukan berbagai terobosan ke depannya untuk bertahan dari persaingan,” kata IB Kade.
Dr. Irawan menambahkan, UMKM kini juga merupakan salah satu sektor industri yang tengah disasar oleh perbankan dalam penyalurah kredit. Untuk itu, UMKM harus mampu kuat menghadapi berbagai kendala ekonomi.
Pelaku usaha perbankan pun mengagnggap UMKM merupakan sektor usaha yang cenderung memiliki ketahanan yang tinggi terhadap efek perlambatan ekonomi. Karenanya pelaku usaha jangan hanya mengandalkan produk saja, tapi memikirkan pengelolaan uangnya, distribusi serta pemahaman pengelolaan bisnis dan pemasaran yang menyeluruh.
Sumber : Bisnis Bali