Batubulan, Bali (Antaranews Bali) - Bulog Divisi Regional Bali siap mengadakan operasi pasar beras termasuk kualitas medium secara berkelanjutan agar tercapai kestabilan harga di pasaran setelah sebelumnya sempat naik 0,25 persen.
"Kami seterusnya akan melakulan intervensi pasar jika terjadi kenaikan harga," kata Kepala Bulog Bali Yosef Wijaya dalam peluncuran ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium 2019 di Gudang Bulog Batubulan, Gianyar, Bali, Kamis.
Intervensi pasar akan dilakukan apabila kembali terjadi kenaikan harga khususnya mengantisipasi beberapa hari besar keagamaan seperti Hari Raya Kuningan pada pekan pertama Januari 2019 dan Imlek yang jatuh pada Februari 2019 serta Nyepi pada pekan pertama Maret 2019.
Meski mengakui masyarakat di Bali lebih cenderung memilih beras premiun, namun di lapangan beras kualitas medium justri mengalami kenaikan harga sebesar 0,25 persen dari harga eceran tertinggi mencapai Rp9.450 per kilogram.
Yosef menjelaskan pihaknya telah menggelontorkan sekitar 5 ton beras medium dan premium dalam operasi pasar ke sejumlah pasar, distributor dan mitra kerja di Bali.
Operasi pasar di pasar tradisional dilakukan di Pasar Kreneng, Pasar Badung, Pasar Agung dan Pasar Nyanggelan di Denpasar serta di Kabupaten Buleleng yakni Pasar Anyar dan Pasar Banyuasri di Singaraja.
Untuk stok beras Bulog, Yosef menjelaskan ketersediaan mencapai sekitar 13 ribu ton yang dapat bertahan hingga enam bulan mendatang.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali Causa Iman Karana dalam kesempatan yang sama mengaku optimistis dengan stok yang banyak tersebut, kenaikan harga beras dapat dikendalikan salah satu dengan menggelontorkan dalam operasi pasar.
Causa menambahkan peluncuran operasi pasar tersebut juga diharapkan semakin menyakinkan masyarakat bahwa stok beras mencukupi sehingga kenaikan harga bisa ditekan.
Meski beras merupakan komoditas yang rentan menyumbang inflasi, namun Causa yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali itu menuturkan inflasi di Pulau Dewata tahun 2018 masih sesuai sasaran yakni 3,1 persen.
"Beras penyumbang inflasi tetapi masih relatif kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya mekanisme di Bulog dan TPID berjalan baik," katanya.
Pria yang akrab disapa CIK itu mengindikasikan permintaan beras yang tinggi terutama ketika Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, Oktober 2018, mengakibatkan terjadi kenaikan harga 0,25 persen.
Permintaan yang tinggi itu, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bali dan wisatawan termasuk para peserta pertemuan IMF dan Bank Dunia yang mencatatakan angka yang luar biasanya yakni 36 ribu peserta.
Selain beras, komoditas yang menjadi perhatian di antaranya bawang merah, bawang putih dan cabai yang merupakan kelompok makanan yang rentan mengalami kenaikan harga atau "volatile food".
Untuk itu, bank sentral di Bali tersebut akan mengintensifkan pengembangan pemberdayaan kelompok tani atau "cluster" bawang merah, bawang putih dan cabai di Pulau Dewata.
Sementara itu, Anggota Satgas Pangan Polda Bali, Kompol I Wayan Sinaryasa mengatakan pihaknya akan memberikan fokus pemantauan terhadap spekulan yang mempermainkan harga meski dalam setiap pengawasan, satgas belum menemukam indikasi tersebut.
Satgas Pangan, kata dia, melakukan pemantauan harga di pasar dan distributor besar.
"Kami tiap hari memantau dibantu masing-masing Satuan Reserse Krimal masing-masing polres," katanya.
Sumber: bali.antaranews.com