×

Harga BBM Turun, April Peluang Deflasi

Jumat, 15 April 2016 pukul 08.25 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

 

Denpasar  (Bisnis Bali)

  Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali menilai, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi akhir maret dan awal April 2016 ini berpotensi mendorong peningkatan daya beli masyarakat, sehingga menumbuhkan optimisme konsumen dan pelaku usaha. Keadaan ini pada gilirannya juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata.

  Kepala KPw BI Bali, Dewi Setyowati di Sanur, Kamis (14/4) kemarin mengatakan, dampak dari penurunan harga BBM diperkirakan baru akan terlihat pada triwulan II/2016. Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tersebut sejalan dengan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang memperkirakan ekspansi akan dimulai pada triwulan II/2016 yang terutama dilakukan oleh para pelaku usaha pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

  “Peningkatan ekspansi kegiatan usaha sektor industri  pengolahan pada triwulan II/2016 juga sejalan dengan hasil survei nasional yang terindikasi dari nilai Prompt Manufacturing Index (PMI) triwulan II/2016 tercatat 51,37 persen,”katanya.

Menurut Dewi, secara umum penurunan harga BBM akan mendorong pertumbuhan pada sebagian besar lapangan usaha, meliputi perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi makan dan minum, transportasi dan konstruksi serta jasa-jasa yang juga terkonfirmasi dari hasil survei dan liaison. Sementara itu, dari sisi permintaan, penurunan harga BBM diperkirakan akan mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan turunnya biaya transportasi (AKP mengalami penurunan 3,5 persen) serta penurunan harga bahan pangan.

Dilihat dari sisi pergerakan harga, katanya, penurunan harga BBM berpotensi juga membawa inflasi tahunan pada tingkat yang terjaga rendah dan stabil dengan bias ke bawah dari estimasi awal dan secara bulanan dapat mendorong terjadinya deflasi pada April 2016.”Kemungkinan pada April ini mengalami deflasi,” ujarnya.

Ia yang juga selaku Wakil TPID Bali ini menjelaskan berdasarkan hasil survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan BI dan data SiGapura sampai minggu ke-2 April 2016 ini, telah menunjukkan kecendrungan harga yang makin menurun, khususnya pada beberapa komoditas pangan yang dipantau.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi Bali pada April 2016 diperkirakan relative rendah dan tidak menutup kemungkinan mengarah ke deflasi. Namun, untuk bebrapa bulan mendatang masih terdapat beberapa resiko kenaikan harga-harga kebutuhan pokok seiring datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran.

“Sesuai dengan pola musimannya, terdapat risiko kenaikan harga  (inflasi) pada bulan puasa (Ramadhan) dan khususnya beberapa hari menjelang Lebaran,”katanya.

Namun, BI optimis pergerakan inflasi pada periode tersebut (Juni-Juli 2016) masih berada dalam kisaran yang terjaga.

Sumber : Bisnis Bali