Denpasar,
Setelah mengalami puncak tertinggi dalam 7 bulan pertama 2015, tekanan inflasi Bali bulan ini mengalami penurunan. Sesuai pola musiman, tekanan inflasi paska Hari Raya dan momen peak season lainnya kembali mereda di bulan Agustus 2015. Pada Agustus 2015 Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,31% (mtm) atau secara tahunan tercatat mengalami inflasi sebesar 7,05% (yoy). Meskipun demikian, akumulasi inflasi Bali masih cukup rendah, tercatat sebesar 2,08% (ytd) terendah selama 7 tahun terakhir. Demikian dipaparkan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Dewi Setyowati. Rabu (3/9) kemarin.
Dikatakan, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali telah melakukan sosialisasi terkait dengan metode pencacahan inflasi dan koordinasi sehubungan dengan informasi terkini perkembangan inflasi. Secara spasial, peningkatan tekanan terjadi di seluruh kota sampel penghitungan Inflasi di Bali, terutama di Kota Denpasar. Kota Denpasar mencatat inflasi sebesar 0,34% (mtm) atau 6,72% (yoy), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,93% (mtm) atau 7,06%(yoy). Dengan demikian inflasi akumulasi di Kota Denpasar tercatat sebesar 2,12% (ytd). Sejalan dengan hal tersebut itu, tekanan inflasi bulanan di Kota Singaraja pada Agustus 2015 juga mengalami penurunan menjadi sebesar 0,20% (mtm), atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan lalu yang sebesar 0,87% (mtm). Dengan demikian inflasi tahunan dan akumulai inflasi (Januari s/d Agustus 2015) Kota Singaraja tercatat masing-masing sebesar 8,62% (yoy) dan 1,89% (ytd).
Berdasarkan sumber penyebabnya, inflasi yang terjadi di Provinsi Bali disebabkan oleh kelompok volatile foods dan kelompok inti. Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods didorong oleh terbatasnya pasokan komoditas pangan yang masuk ke Bali karena adanya kekeringan dari luar wilayah Bali dan menurunnya produksi seperti komoditas beras, cabai merah, dan cabai rawit. Namun demikian kenaikan pada kelompok ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historisnya. Sinergitas upaya pengendalian inflasi (pasar murah, operasi pasar, sidak, pengelolaan ekspektasi, dan pemantauan jalur distribusi) mampu menahan laju inflasi bahan makanan sehingga tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya.
Kendati realisasi inflasi pada bulan Agustus 2015 masih terkendali, namun tetap perlu diwaspadai tekanan inflasi pada beberapa bulan ke depan. Bank Indonesia dan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah senantiasa memperkuat koordinasi dalam rangka pengendalian inflasi baik jangka pendek maupun menengah. Untuk kelompok pangan, upaya pengendalian inflasi dalam jangka pendek terutama berupa antisipasi terhadap turunnya produksi beras akibat El Nino dan cadangan beras Pemerintah akhir tahun di BULOG akan diperkuat.
Sumber : Bali Tribune