Denpasar - Inflasi yang terjadi di Provinsi Bali pada
bulan Juni 2015 sebesar 0,08 persen merupakan yang terendah selama tujuh tahun
terakhir.
"TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) melakukan berbagai upaya antara lain operasi pasar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali serta pendistribuan kebutuhan bahan pokok secara lancar mampu memberikan hasil yang cukup menggembirakan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Rabu.
Bali biasanya setiap bulan Juni dibayangi lonjakan inflasi, terkait momentum liburan sekolah sehingga banyak wisatawan Nusantara berlibur yang sekaligus menyebabkan meningkatnya permintaan sejumlah kebutuhan bahan pokok.
"Bulan Juni 2015 secara umum juga memberi andil besar bagi tertekannya laju inflasi di Bali karena Kota Singaraja mengalami inflasi 0,18 persen berbanding terbalik dengan Kota Denpasar yang mengalami inflasi 0,14 persen pada periode yang sama," ujar Panasunan.
Kondisi tersebut secara kumulatif inflasi Bali periode Januari-Juni 2015 sebesar 0,84 persen, sedangkan inflasi tahunan (year on year/YoY) mencapai 6,60 persen.
Panasunan berharap inflasi Bali pada bulan Juli tetap terkendali sesuai target pencapaian inflasi tahunan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Bali.
"Bulan Juli ini ada ancaman meningkatnya inflasi cukup besar karena adanya momen Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Lebaran. Itu semua harus disikapi, mengingat Bali memasok barang dari berbagai pulau, " ujarnya.
Inflasi di Kota Denpasar terjadi karena meningkatnya harga-harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada lima kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan sebesar 0,48 persen, kesehatan 0,29 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,22 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,10 persen.
Selain itu juga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,03 persen. Sementara dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi yakni kelompk sandang 0,19 persen serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,13 persen.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain beras, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan kembung, apel, roti manis dan tarif listrik. Sementara yang mengalami penurunan harga meliputi sawi hijau, nangka muda, tomat sayur, cabai merah, bawang merah, baju anak setelan, dan tarif angkutan udara. Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 76 kota di antaranya mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,90 persen dan terendah di Palu sebesar 0,03 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,80 persen dan terendah di Pangkal Pinang sebesar 0,14 persen. Jika diurut dari inflasi tertinggi, maka Kota Denpasar menempati urutan ke-72 dari 76 kota di Indonesia yang mengalami inflasi.
Sumber : bali.antaranews.com