Denpasar - Pelaksanaan Pameran 'Karya Kreatif Indonesia' yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia secara serentak pada tanggal 3-5 Maret ini merupakan momentum untuk mengingatkan, terutama pada anak bangsa bahwa wajib untuk melestarikan dan mengembangkan warisan leluhur berupa karya seni, seni rupa, serta seni kerajinan yang terangkum ke dalam budaya adat.
"Bali itu harus kuat layaknya segitiga sama sisi (sektor pariwisata, sektor pertanian dan sektor industri kerajinan/ UMKM), semua harus saling menopang. Apabila ada satu yang melemah maka dua lainnya harus kuat sehingga Bali akan tetap bangkit dan berdiri tegak. Apabila dulu sektor pariwisata bergeliat dengan datangnya wisatawan dari luar, maka untuk ke depan kita semua harus bersama menjaga sektor baik dari luar Bali ataupun yang dari dalam Bali," demikian disampaikan Ketua Dekranasda Bali Ny Putri Koster pada kegiatan pembukaan Karya Kreatif Indonesia Tahun 2021 Seri-1 di The Anvaya Beach Resort, Kuta, Badung, Rabu (3/3).
Ditambahkan oleh Ny Putri Koster bahwa menggeliatnya ekonomi yang besar dimulai dari menggeliatnya ekonomi yang kecil, dan ketika masa pandemi UKM dan IKM layaknya cahaya lilin yang berada di tengah kegelapan. Karena Bank Indonesia yang peduli terhadap perputaran perekonomian rakyat bersinergi dengan pemerintah dan juga pihak swasta untuk terus memberikan kesempatan dan edukasi bagi masyarakat Bali khususnya yang bergerak di bidang UMKM untuk berkreasi lebih banyak.
"Dengan begitu kita semua akan mampu menggawangi kain tenun tradisional milik daerah kita, sehingga kita semua sadar bahwa kita dan mereka memiliki kewajiban dan tugas untuk melestarikan dan mengembangkan produk seni yang merupakan warisan leluhur, karena perlu ada yang mengingatkan dan menguatkan agar UKM dan IKM menjadi tangguh sekaligus menjadi sumber daya yang mampu bersaing di dunia global terlebih saat masa pandemi seperti sekarang," tegas Ny Putri Koster.
Terkait Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2021 Tentang penggunaan Endek pada hari selasa, merupakan salah satu dukungan terhadap UKM/ IKM sekaligus memajukan perekonomian melalui gerakan pelestarian warisan leluhur oleh UMKM, sehingga mampu melestarikan kain tenun di daerah masing-masing.
"Jika bukan kita yang menggunakan kain tenun yang dihasilkan oleh daerah kita, maka siapa lagi. Karena dengan menggunakan kain tenun produksi perajin lokal maka dengan sendirinya kita juga turut menjaga eksistensi perajin kita dari kepunahan. Salah satu contoh nyata yang dapat kita lihat di Desa Tenganan di mana penggunaan kain gringsing yang diwajibkan saat pelaksanaan upacara adat dan diatur ke dalam perarem. Ketika pemakai kain dan konsumen kain tenun tidak hilang, maka produksi dan perajin kain tenun lokal juga tidak akan punah," ujar Ny Putri Koster.
Dia melanjutkan, dengan mengangkat tema "Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Gerakan Berwisata Indonesia" diharapkan mampu mengingatkan semuanya bahwa Bali adalah bagian dari Indonesia, maka sudah sepatutnyalah bangga menggunakan produk seni dan karya perajin lokal. "Sedangkan Indonesia merupakan negara yang paling banyak mempunyai karya seni, sehingga kita sebagai generasi penerus wajib dan bertugas untuk mengembangkannya, tetapi jangan sampai punah akibat salah pola atau salah sistem," kata Ny Putri Koster.
Deputi BI Rizki Ernadi Wimanda menambahkan pameran KKI yang masuk di tahun ke-6 ini merupakan upaya memberikan peluang kepada oelaku UMKM untuk berkarya lebih kreatif dan disarankan mampu masuk menguasai platform digital, sehingga pemasaran yang dilakukan bisa online dan langsung online dengan pembeli dari luar, selain itu pembayaran juga bisa menggunakan E_Money melalui QRIS. Pada pameran Karya Kreatif Indonesia seri 1 Tahun 2021, diikuti 17 peserta UMKM yakni 8 produk kain tenun, 5 produk kriya dan 4 produk makanan.
Sementara itu, Ny Putri Koster didampingi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Wayan Jarta, Deputi BI Rizki Ernadi Wimanda berkesempatan meninjau pameran fisik Karya Kreatif Indonesia (KKI) seri 1, di mana pembukaan pameran KKI Seri 1 tahun 2021 ini dipusatkan di The Mandalika, Lombok. Hal ini dimaksudkan supaya pelaksanaannya digelar secara bergantian agar semua daerah memiliki kesempatan untuk menunjukkan karya dan ciri khas kain tenun yang dimiliki masing-masing.