Mengawali Bulan Juni 2014, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menggelar Rapat Koordinasi dalam rangka mereview perkembangan inflasi dan mengidentifikasi potensi risiko di Bulan Juni serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Rapat yang digelar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Wilayah III Bali dan Nusra tersebut, dipimpin oleh Kepala Perwakilan, Benny Siswanto. Rapat dihadiri oleh seluruh jajaran SKPD yang tergabung dalam TPID. Disamping itu, hadir pula Kepala BPS, Panusunan Siregar.
Sesuai dengan estimasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali & Nusra) di bulan April, tekanan inflasi Kota Denpasar pada Mei 2014 mengalami peningkatan. Inflasi Denpasar tercatat sebesar 0,31% (mtm) atau 6,51% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi April 2014 yang sebesar 0,13% (mtm) atau 5,89% (yoy). Realisasi inflasi Kota Denpasar pada Mei 2014 juga berada diatas rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar 0.12% (mtm). Hal ini merupakan pengaruh peningkatan permintaan seiring dengan perayaan rangkaian upacara Galungan & Kuningan berbarengan dengan momen meningkatnya arus kunjungan wisatawan di penghujung Mei. Lima kontributor utama inflasi pada Mei 2014 adalah sub kelompok daging & hasil-hasilnya, sayur-sayuran, transport, makanan jadi, dan buah-buahan.
Berdasarkan hasil tracking perkembangan harga sampai dengan Mei 2014 dan mencermati risiko pada Juni 2014, maka Inflasi Bali pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada level yang tinggil. Upward risk sisi domestik diperkirakan terutama bersumber dari peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa pada akhir triwulan II 2014 yang dipengaruhi oleh perayaan musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan. Pola musiman high season kunjungan wisatawan umumnya akan meningkatkan inflasi di kelompok transportasi, khususnya pada komponen angkutan udara. Selain itu dalam periode high season terdapat kecenderungan bagi pelaku usaha untuk meningkatkan biaya hotel dan jasa pariwisata sehingga turut memberi kontribusi terhadap inflasi kedepan. Sedangkan dari sisi eksternal masih berfluktuatifnya nilai tukar Rupiah akan berdampak pada kenaikan harga bahan baku (khususnya terkait impor) yang pada tahap selanjutnya akan berimbas pada kenaikan harga jual barang dan jasa.
Meskipun demikian, inflasi lebih lanjut tertahan oleh terkendalinya sisi supply yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Selain itu, ekspektasi inflasi masyarakat (baik dari sisi konsumen maupun produsen) masih terjaga pada level yang rendah. Hasil Survei Konsumen KPwBI Wilayah III menunjukkan terjadinya tren penurunan indeks perkiraan harga barang dan jasa 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (yad) selama 6 bulan terakhir hingga masing-masing tercatat berturut-turut sebesar 183.5 dan 181.5. Demikian pula hasil Survei Pedagang Eceran menunjukkan terjadinya indeks perkiraan harga barang dan jasa 3 bulan dan 6 bulan hingga masing-masing tercatat berturut-turut sebesar 152.4 dan 140.4. Dalam mengantisipasi tekanan inflasi di Juni 2014, SKPD telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif.