DENPASAR - Pemerintah Provinsi Bali meluruskan judul berita harian Bali Post terbitan Selasa (4/6) berjudul "Nasional Deflasi, Bali Inflasi 3,54 Persen". Kepala Biro Pengadaan Barang/Jasa dan Perekonomian Setda Provinsi Bali I Ketut Adiarsa dalam keterangannya mengatakan bahwa judul berita tersebut tidak tepat.
Dikatakan Adiarsa, pada Mei 2024, secara bulanan deflasi nasional sebesar -0,03% (m-to-m). Sedangkan Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -0,10% (m-to-m), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,32% (m-to-m). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali tercatat sebesar 3,54% (y-on-y), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,84% (y-on-y). Dengan demikian, Bali dan Nasional sebenarnya sama-sama mengalami inflasi secara y-on-y dan deflasi secara m-to-m.
Terjadinya deflasi terutama bersumber dari penurunan harga beras, tomat, daging ayam ras, sawi hijau, dan cabai rawit. Penurunan harga beras dan cabai rawit didorong oleh melimpahnya pasokan sehubungan dengan musim panen raya di Provinsi Bali. Penurunan harga tomat dan sawi hijau sejalan dengan meningkatnya pasokan dari Jawa dan membaiknya cuaca. Selanjutnya, penurunan daging ayam ras didorong oleh meningkatnya pasokan daging ayam ras dari Jawa dan menurunnya harga jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak.
“Untuk di Bali sendiri, hanya Denpasar yang mengalami inflasi bulanan dibandingkan 3 kota IHK lainnya yaitu Badung, Tabanan, dan Singaraja. Hal ini menyusul adanya kenaikan tarif parkir. Kalau Denpasar tidak ada kenaikan tarif parkir, bisa deflasi sebenarnya. Jadi memang kenaikan tarif parkir yang punya andil untuk inflasi Denpasar,” jelas Adiarsa, Selasa (4/6) siang.
Secara bulanan, Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -0,10% (m-to-m), lebih rendah dibandingkan dibandingkan deflasi Nasional sebesar -0,03% (m-to-m). Dengan demikian, sebenarnya Bali dan Nasional juga sama-sama mengalami deflasi (m-to-m).
“Bahkan dari data tersebut, angka inflasi kita lebih bagus dari nasional. Pada bulan April 4,02% dan menurun pada bulan Mei menjadi sebesar 3,54%. Jadi judul berita tersebut tidak tepat perbandingannya antara deflasi dan inflasi,” imbuhnya.
Inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsep Ngeromba sinergi pengendalian inflasi antara Tim Pengendalian Inflasi Provinsi, TPID Kab/kota se Bali dan dukungan Bank Indonesia Perwakilan provinsi bali dan Bulog Bali termasuk TPI Pusat melalui kegiatan gerakan pasar murah, penguatan peran Perumda Pangan se-Bali, Gerakan Tanam Cepat Panen, Bantuan Pangan Beras, Cadangan Beras Pemerintah Daerah, untuk menjaga inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024.