×

Keputusan Bersama PHDI, MDA Propinsi Bali, tentang Pelaksanaan Upacara Yadnya dan/atau Kegiatan Adat dalam Status Pendemi COVID-19

Sabtu, 28 Maret 2020 pukul 15.22 (4 tahun yang lalu) | Oleh Admin

KEPUTUSAN BERSAMA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA(PHDI) PROVINSI BALI DAN MAJELIS DESA ADAT (MDA) PROVINSI BALI Nomor: 020/PHDI-Bali/111/2020 Nomor: .04/SK/MDA-Prov Bali/111/2020 Tentang KETENTUAN PELAKSANAAN UPACARA PANCA YADNYA DAN/ATAU KEGIATAN ADAT DALAM STATUS PANDEMI COVID-19 DI BALI A. DASAR: 1. Arahan Presiden Republik Indonesia melalui pidato tanggal 15 Maret 2020, tentang perkembangan penyebaran penyakit virus Corona (COVID-19) di Indonesia; 2. Maklumat Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor: Mak/2/111/2020 tanggal 19 Maret 2020 tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Penyebaran Virus Corona (COVID-19); 3. Data Penyebaran COVID-19 di sejumlah daerah yang semakin meningkat harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak menimbulkan dampak yang semakin meluas demi penye]amatan umat manusia; dan 4. Hasil Paruman Bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali dan Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Tanggal 28 Maret 2020. 5. Surat Edaran PHDI Pusat No. 312/SE/PHDI Pusat/111/2020 tentang PEDOMAN PERAWATAN JENAZAH DAN UPACARA PITRA YAJNA BAGI JENAZAH PASIEN COVID-19. B. PRINSIP UPACARA PANCA YADNYA 1. Yadnya dalam bentuk upacara wajib dilaksanakan sesuai dengan tiga kerangka agama Hindu, yang meliputi: Tattwa, Susila, dan Acara. Dalam hal ini Acara mencakup: kitab suci, orang suci, tempat suci, hari suci, dan upacara suci. 2. Upacara Yadnya dalam praktikagama Hindu di Bali menyediakan pilihan beragam, sebagai berikut: a. Kanistaninq Kanista [kecil/inti], Madyaning Kanista, Utamaninq Kanista; b. Kanistaning Madya; Madyaning Madya, Utamaning Madya; c. Kanistaninq Utama; Madyaning Utama, dan Utamaning Utama. 3. Dalam pelaksanaan Upacara Yadnya boleh dan dibenarkan ada penyesuaian sesuai dengan prinsip Desa (Tempat Pelaksanaan Upacara Yadnya), Kala (Waktu Pelaksanaan Yadnya), dan Patra (Kondisi Orang yang Melaksanakan Yadnya) dan berdasarkan sastra. 4. Ada Upacara Yadnya yang pelaksanaannya harus mencari Dewasa Ayu, seperti mapandes, pawiwahan; ada pula Upacara Yadnya yang dilaksanakan tanpa mencari Dewasa Ayu, seperti upacara tiga bulanan, otonan, dan sejenisnya; 5. Yadnya mesti didasari dengan niat, pikiran, dan hati yang lascarya nekeng twas (tulus ikhlas). C. JENIS UPACARA PANCA YADNYA Yadnya dalam bentuk upacara menurut agama Hindu terutama meliputi lima jenis yang disebut Ponca Yadnya, yakni: 1. Dewa Yadnya; 2. Rsi Yadnya; 3. Pitra Yadnya; 4. Manusa Yadnya; 5. Butha Yadnya. Dalam setiap pelaksanaan Upacara Yadnya senantiasa ada Tri Manggalaning Yadnya, yakni: 1. Sang Yajamana, yang melaksanaka Upacara Yadnya; 2. Sang Tapini/Sarati, yang merancang dan membuat banten (tukang banten); dan 3. Sang Wiku Pamuput, yang memimpin pelaksanaan Upacara Yadnya, biasanya sulinggih dwijati atau pamangku ekajati. Dalam hal ini Sang Yajamana dapat bermusyawarah untuk mufakat dengan Sang Tapini serta Sang Wiku Pamuput. D. PELAKSANAAN UPACARA PANCA YADNYA Pelaksanaan Upacara Panca Yadnya dalam kondisi Negara, termasuk Provinsi Bali, sedang menghadapi kondisi pandemi Virus Corona (COVID-19) saat ini, hendaknya diatur sesuai dengan prinsip ber-yadnya (Dharma Aqama) yang telah disebutkan pada huruf B dan huruf C dan prinsip Dharma Negara dengan mengikuti Arahan, Imbauan, lnstruksi, baik dari Pemerintah maupun Pemerintah Daerah, Lembaga, serta instansi yang berwenang lainnya. Berdasarkan pertimbangan prinsip Dharma Agama dan Dharma Negara tersebut, maka Pelaksanaan Upacara Panca Yadnya selama berlangsung "Pandemi COVID-19" di Provinsi Bali, diberlakukan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Semua Upacara Panca Yadnya yang bersifat ngawangun (direncanakan), seperti karya malaspas, ngenteg linggih, ngaben, ngaben massa/, mamukur, maliqia, Rsi Yadnya (Padikshan), serta karya ngawangun yang lainnya, seperti "maajar-ajar, nyegara-gunung" dan lain-lain, supaya DITUNDA sampai batas waktu dicabutnya Status Pandemi COVID-19. 2. Upacara Panca Yadnya selain yang bersifat ngawangun (direncanakan) sebagaimana dimaksud pada angka 1, dapat dilaksanakan dengan melibatkan peserta yang terbatas. 3. Dalam setiap pelaksanaan Upacara Panca Yadnya sebagaimana dimaksud pada angka 2 agar mengikuti prosedur tetap penanggulangan pandemi COVID-19 dari instansi yang berwenang: a. Tetap mengutamakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); b. Tetap menjaga jarak antar orang paling sedikit 1,5-2,0 meter; c. Tersedia tempat mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih tangan (hand sanitizer); dan d. Menggunakan masker. 4. Karya Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih a. Pelaksana Upacara sakinq pangawit ngantos panyineban kamargiang olih Krama Desa Adat Besakih. b. Malasti Ngubeng. c. Karya Nyejer a wuku (7 rahina]. d. Pangubakitian Krama Siosan (Panyungsung/Panyiwi) ngayat saking Merajan / Sanggah soang-soang. e. Ring Padharman nganutin pamargi sekadi ring ajeng, nyejer tur kasineb a rahina. 5. Karya Ngusaba Kadasa di Pura Batur a. Pelaksana Upacara saking pangawit ngantos panyineban kamargiang olih Krama Desa Adat Batur. b. Karya Nyejera wuku (7 rahina].. c. Pangubhaktian Krama Siosan ngayat saking Merajan /Sanggah soang-soang. d. Krama Subak sane jagi ngaturang suwinih ke Pura Batur, wantah diwakili oleh utusan maksimal 2 orang. 6. Karya di Pura selain Kahyangan Jagat a. Pelaksana Upacara saking pangawit ngantos panyineban kamarqianq olih Krama Pamaksan /Pangemong. b. Malasti Ngubeng. c. Nyejer paling suwe 3 rahina. d, Panqubhaktian Krama ngayat saking Merajan /Sanggah soanq-soang. e. Tidak diiringi seni wali/wewalen, seperti qambelan, rejanq, barfs, topenq siddha karya miwah sane tiosan. 7. Pitra Yadnya a. Upacara Pitra Yadnya, berupa Ngaben, bagi yang meninggal karena positif COVID-19, dilakukan dengan kremasi langsung atau makingsan di gni sesuai dengan Protokol Kesehatan COVID-19. 1) Jenasah diantarkan oleh petugas kesehatan. 2) Upacara makingsan di gni / kremasi disesuaikan. b. Bagi yang meninggal bukan karena COVID-19, supaya dilaksanakan Upacara makinsan di gni atau dikubur, kecuali Sulinggih dan Pamangku. c. Apabila Ngaben tidak mungkin ditunda, dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut 1) Upacara dilaksanakan dengan sederhana dan jumlah peserta yang terbatas. 2) Tidak ada undangan, atau bentuk keramaian lainnya. 8. Manusa Yadnya a. Upacara Manusa Yadnya yang terkait dengan kelahiran, seperti upacara bayi telu bulanan (tiga bulan), otonan (hari lahir/siklus enam bulanan) DAPAT DILAKSANAKAN dengan: 1) Upacara dilaksanakan dengan sederhana dan jumlah peserta yang terbatas. 2) Tidak ada undangan, atau bentuk keramaian lainnya. b. Apabila Upacara Pawiwahan tidak dapat ditunda, maka pelaksanaannya dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Dihadiri hanya oleh kedua pihak keluarga inti dan saksi-saksi; 2) Upakara paling inti berupa pakala-kalaan/pobyakaonan, tataban di Bale (Atma Kerth1J, banten nunas Tirta Tri Kayanqan Desa Adat, Tirta Mrajan, dan Tirta dari Sulinggih-cukup dilaksanakan oleh 2-3 orang. 3) Pawiwahan cukup dipimpin Pamangku dibantu oleh Sarati Banten. 4) TIDAK MENGGELAR RESEPSI-sampai batas waktu "Status Pandemi COVID-19" dicabut resmi oleh Pihak Berwenang. 9. Kegiatan Adat Semua Kegiatan Adat yang melibatkan banyak orang, seperti pasangkepan, patedunan, dan sejenisnya supaya DITUNDA, atau kalau harus dilaksanakan agar pesertanya dibatasi. Keputusan Bersama ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Bali Tanggal 28 Maret 2020