Bangli (Bali Post)
Saluran irigasi di Subak Uma Bila Desa Jehem, Tembuku di bagian hilir mubazir. Pasalnya, pascarampung diperbaiki setahun lalu, saluran irigasi ini tak pernah berisi air. Hal ini mengakibatkan hektaran sawah tak bisa ditanami padi.
Klian Subak Uma Bila I Dewa Agung Ketut Subagia, Rabu (27/4) kemarin menuturkan, saluran irigasi yang memiliki panjang sekitar 200 meter tersebut telah diperbaiki satu tahun lalu dan anggarannya berasal dari pemerintah. Akan tetapi, pasca pengerjaannya rampung, tak kunjung teraliri air. “Sejak rampung dikerjakan, tak pernah ada air yang mengalir. Saluran irigasi jadi mubazir,”ujarnya.
Tak ada air ini, kata dia karena saluran di bagian hulu yang panjangnya sekitar 2 km banyak mengalami kebocoran, yang salah satunya akibat ulah kepiting. Kondisi ini telah terjadi selama bertahun-tahun. Ironisnya, upaya perbaikan dari pemerintah belum pernah ada. “Kami hanya memperbaiki secara swadaya saja. Jadinya hanya bisa sedikit,”terangnya.
Sebagai dampak kondisi tersebut, hektaran sawah tak bisa ditanami padi. Petani kelimpungan. Untuk tetap mendapatkan menghasilan, padi terpaksa digantikan ubi jalar. Menghindari keluhan yang berlanjut, usulan perbaikan saluran irigasi yang rusak itu telah disampaikan ke pemkab. Diharapkan usulan itu segera direspons.”Kalau kerusakan itu diperbaiki, air pasti akan bisa mengalir,”imbuh Subagia.
Hal senada juga disampaikan Pacelikan (petugas pantau air) Subak Uma Bila I Wayan Dana. Dia menyebut kerusakan saluran irigasi di bagian hulu itu telah terjadi sejak lima tahun lalu, namun belum pernah mendapatkan perbaikan.
“Sering saya pantau, kerusakan di hulu itu sangat banyak. Air merembes dimana-mana sampai tak ada mengalir ke hilir,”tandasnya.
Sumber : Bali Post