Denpasar (Antara Bali) - Pedesaan di Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,10 persen selama bulan Desember 2016, atau lebih kecil dibandingkan dengan inflasi tingkat nasional pada bulan yang sama sebesar 0,42 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, ada 29 provinsi diantaranya mengalami inflasi dan empat provinsi mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan keempat provinsi yang mengalami deflasi meliputi Gorontalo 0,56 persen, Sumatera Barat 0,34 persen, Riau 0,19 persen dan Sulawesi Utara 0,15 persen.
"Untuk inflasi tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah 1,28 persen dan terendah di Sulawesi Tenggara 0,04 persen," katanya.
Menurut dia, inflasi daerah pedesaan di Bali tersebut dipicu oleh naiknya rata-rata harga hampir pada semua kelompok komoditas yakni perumahan 0,92 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,81 persen.
Selain itu juga akibat naiknya biaya kesehatan 0,12 persen, sandang 0,07 persen, pendidikan, kesehatan dan olahraga 0,03 persen serta transportasi dan komunikasi 0,01 persen.
Sementara kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi 0,41 persen. Secara umum komoditas penyumbang inflasi pada bulan Desember 2016 antara lain kayu bakar, gado-gado, bawang putih, rokok dan ikan pindang tongkol.
Adi Nugroho menjelaskan, indeks harga konsumen pedesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.
Indeks harga konsumen (IHK) perdesaan terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Perubahan IHK pedesaan mencerminkan angka inflasi di wilayah pedesaan dan secara nasional juga terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,42 persen, ujar Adi Nugroho.
Sumber: Antara Bali