Denpasar (Antara Bali) - Pedesaan di Bali mengalami deflasi sebesar 0,47 persen pada bulan April 2017, atau lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat nasional pada bulan yang sama dengan mencatat deflasi 0,29 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, terdiri atas sepuluh provinsi mengalami inflasi dan 23 provinsi deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Provinsi Papua sebesar 0,68 persen dan terendah di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar 0,03 persen, sedangkan deflasi paling dalam tercatat di Provinsi Gorontalo sebesar 1,39 persen.
Deflasi pedesaan di Bali dipicu oleh turunnya harga-harga pada kelompok bahan makanan sebesar 1,53 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,21 persen.
Sementara itu, kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi yakni perumahan 1,01 persen, sandang 0,51 persen, ketahanan 0,31 persen serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,15 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,12 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas penyumbang deflasi secara umum antara lain cabai rawit, beras, ikan pindang tongkol, bawang merah dan uang bayaran sekolah menengah atas (SMA).
Indeks harga konsumen pedesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.
Indeks harga konsumen (IHK) perdesaan terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Perubahan IHK pedesaan mencerminkan angka deflasi di wilayah pedesaan dan secara nasional juga terjadi deflasi pedesaan sebesar 0,29 persen, ujar Adi Nugroho.
Sumber : Antara Bali