Denpasar (Bisnis Bali)
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali menilai, karakteristik inflasi di Bali berbeda dengan provinsi lain. Bila dicermati lebih dalam, factor utama inflasi di Bali bersumber dari kelompok bahan makanan (volatile food), mengingat Bali subagai daerah tujuan wisata serta ketergantungan Bali terhadap pasokan pangan daerah lain yang masih relative tinggi.
“Sehubungan dengan hal tersebut, TPID Bali telah memetakan data surplus deficit pangan di setiap kabupaten/kota di Bali dan terus melakukan koordinasi terkait jalur distribusi logistic dengan NTB dan Jawa Timur,”kata Wakil TPID Bali, Dewi Setyowati di Renon, Selasa (7/6) kemarin.
Dewi yang juga sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali ini menerangkan, terkait beberapa kegiatan TPID provinsi/ kabupaten/ kota di Bali untuk kesiapan bulan puasa dan menghadapi Lebaran di antaranya terus melakukan monitoring harga, peningkatan koordinasi terkait kelancaran distribusi, pemantauan stok kebutuhan pokok dan sidak pasar. Selain itu, sebagaimana rapat koordinasi HLM TPID pada 24 Mei 2016, dari pihak keamanan baik Kepolisisan, TNI dan Binda menyatakan kesiapan mengupayakan terjaminnya keamanan dan kelancaran distribusi komoditas pangan, serta menindak tegas para oknum yang melakukan aksi spekulan/penimbunan.
“Untuk stok beras dan daging di Bali masih cukup aman,”ujarnya.
Khusus untuk beras, menurut Dewi, sebagaimana informasi dari Bulog Divre Bali, stok beras di Pulau Dewata aman menjelang Lebaran dengan pasokan 17.000 ton atau setara dengan ketahanan penyaluran hingga 7 bulan ke depan.
Begitu pula stok daging ayam dan daging sapi, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali menyatakan stok untuk kebutuhan pada bulan puasa dan Lebaran juga aman karena sebelumnya telah diperhitungkan kapasitasnya.
“Yang jelas seperti gula pasir dan elpiji ya terus kita pantau sama dengan komoditas lain,”tegasnya.
Selama bulan puasa ini, dia mengimbau agar masyarakat jangan belanja yang tidak dibutuhkan , bisa mengerem keinginan-keinginan yang bukan merupakan kebutuhan utama,”sarannya.
Tak kalah penting, Dewi menambahkan, masyarakat harus ikut mengawal inflasi. Untuk elpiji masyarakat diharapkan membeli langsung ke agen.
Sumber : Bisnis Bali