×

September 2016, Perdesaan di Bali Inflasi 0,44 Persen

Senin, 10 Oktober 2016 pukul 08.09 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

Denpasar (Bisnis Bali)

  Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perdesaan di Provinsi Bali mengalami inflasi 0,44 persen pada September 2016 lalu. Kondisi tersebut melampaui inflasi perdesaaan secara nasional yang hanya mencapai 0,32 persen periode yang sama.

  Kepala BPS Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat (7/10) kemarin mengungkapkan, inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya rata-rata harga pada semua kelompok komoditas. Di antaranya, bahan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,34 persen, perumahan 0,18 persen, sandang 0,39 persen, kesehatan 0,37 persen, pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,15 persen, serta transportasi dan komunikasi 0,12 persen.

  “Secara umum, komoditas penyumbang inflasi pada September 2016, antara lain beras. Selain itu, bawang putih, bawang merah, minyak goreng, daging babi, dan rokok putih filter,”tuturnya. Jelas Adi, indeks harga konsumen perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumahtangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani. Katanya, IHK perdesaan terjadi atas tujuh kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

  “Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi atau deflasi di wilayah perdesaan,”ujarnya. Sementara itu, secara nasional terjadi inflasi perdesaan mencapai 0,32 persen. Berdasarkan pengamatan indeks konsumsi rumah tangga petani di perdesaan pada September 2016, tercatat 6 provinsi mengalami deflasi dan 27 provinsi tercatat mengalami inflasi.

  Deflasi terbesar tercatat di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara mencapai 0,31 persen, sedangkan terendah tercatat di Provinsi Daera Istimewa Yogyakarta dan Papua Barat mencapai 0,10 persen. Di sisi lain, inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam mencapai 0,94 persen dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 0,03 persen pada September 2016 lalu.

Sumber : Bisnis Bali