Denpasar (Antaranews Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali mengantisipasi laju kenaikan harga menjelang Hari Raya Nyepi melalui pelaksanaan pasar murah dan operasi pasar.
"Upaya itu untuk stabilisasi harga yang diharapkan dapat menjadi jangkar dalam penetapan harga dan menahan laju inflasi," kata Wakil Ketua TPID Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Kamis.
Menurut Causa, operasi pasar dilakukan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan apabila terjadi kenaikan secara signifikan untuk beberapa kebutuhan.
Ia berpendapat bahwa faktor distribusi dan produksi menjadi komponen utama fokus TPID Bali, termasuk menjaga ekspektasi masyarakat dalam mengendalikan inflasi. Sementara sebagian kebutuhan di Bali masih dipasok dari luar provinsi sehingga apabila proses itu terganggu dapat memicu inflasi.
Untuk itu, pihaknya melakukan komunikasi intensif dengan distributor besar dan perdagangan antardaerah serta instansi terkait lainnya.
Dari sisi produksi, Causa yang juga Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali itu mengembangkan sektor pertanian dengan membina kelompok tani atau sistem "cluster", seperti padi, bawang merah, bawang putih, kopi, dan cokelat.
Causa mencatat perkembangan inflasi secara bulanan di Pulau Dewata pada bulan Februari 2018 tercatat sebesar 0,58 persen dan 2,88 persen dibandingkan dengan inflasi periode tahun sebelumnya. Secara tahunan pencapaian tersebut masih lebih rendah daripada inflasi nasional sebesar 3,18 persen.
Inflasi periode Februari, kata dia, yang terjadi pada periode itu disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak khusus nonsubsidi, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan angkutan udara.
Menurut Causa, inflasi pada komoditas itu sebagian besar memengaruhi produksi akibat curah hujan yang masih tinggi ketika peningkatan permintaan pada Hari Raya Imlek pada bulan Februari 2018.
Sumber : Antara Bali