Denpasar (Bisnis Bali)
April 2016 Kota Singaraj mengalami deflasi 0,06 persen, sekaligus menjadi kota terendah nasional yang mengalami deflasi pada periode tersebut. Capaian deflasi di daerah bagian utara Bali ini salah satunya sebagai andil dari kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada April lalu. Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Nyoman Subadri di Denpasar, Selasa (3/5) kemarin mengungkapkan, ada 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survey BPS pada April lalu. Imbuhnya, dari sejumlah tersebut tercatat 77 kota diantaranya mengalami deflasi dan lima kota lainnya mengalami inflasi. “Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga 17,9 persen dan terendah di Singaraja mencapai 0,06 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tarakan 0,45 persen dan terendah di Banjarmasin 0,04 persen,”turutnya. Jelas Subadri, Singaraja mengalami deflasi 0,06 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) mencapai 131,14 pada April 2016 yang merupakan deflasi terendah di Indonesia. Katanya, deflasi tersebut ditunjukkan dengan turunnya indeks kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mencapai 2,25 persen. Begitu pula kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencapai 0,02 persen pada April lalu. “April lalu peningkatan indeks hanya terjadi pada kelompok sandang 0,56 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,45 persen,”ujarnya. Lanjutnya, deflasi 0,06 persen sekaligus memposisikan tingkat inflasi tahun kalender April 2016 mencapai 1,50 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun yakni April 2016 terhadap April 2015 mencapai 3,70 persen. Dilihat dari komoditasnya, komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bensin, cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, bayam, angkutan dalam kota, tarif listrik, pisang, ketimun dan ikan ekor kuning.
Disisi lain, komoditas yang mengalami peningkatan harga meliputi bawang merah, daging ayam ras, jeruk, kopi manis, tomat sayur, kontrak rumah, apel dan ikan cakalang sisik.
Sumber : (Bisnis Bali)