Denpasar (Antara Bali) - Meningkatnya harga kelompok bahan makanan sebesar 1,98 persen menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Singaraja, Bali utara sebesar 0,63 persen selama Desember 2016.
"Inflasi tersebut dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 135,10 dan tingkat inflasi tahun kelender periode Januari-Desember 2016 dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Desember 2016 terhadap Desember 2015 sebesar 4,57 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, inflasi tersebut ditandai dengan meningkatnya indeks pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,52 persen, kelompok sandang 0,10 persen dan kelompok kesehatan 0,04 persen.
Selain itu juga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,03 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,01 persen. Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan indeks.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain cabai rawit, bensin, tarif pulsa ponsel, bayem, ikan, jeruk, cumi-cumi, buncis, rokok putih, mie kering instan, ketimun, tarif listrik, sawi hijau, celana panjang jeans, udang basah dan kangkung.
Selain itu juga bawang putih, cakalang, kemeja pendek, kembung rebus, setrika, teri, garam, sabun cuci piring, daging sapi, susu bubuk dan minuman segar.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain daging ayam ras, daging ayam kampung, telur ayam ras, cabai merah, pisang, apel, bawang merah, minyak goreng, kacang panjang, pepaya, tomat telur dan tongkol.
Adi Nugroho menjelaskan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 78 kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi.
Sumber: Antara Bali