Singaraja (Bali Post)
Desa Tajun, salah satu sentra cengkeh di Buleleng. Perbekel Desa Tajun, Kubutambahan, Gede Ardana mengatakan 70 persen masyarakatnya mengembangkan tanaman cengkeh dan sisanya berupa tanaman kakao dan kopi. Untuk produksi cengkeh, kata dia Tajun mengembangkan produk cengkeh dengan kualitas satu.
Berbagai upaya untuk menghasilkan cengkeh berkualitas pun dilakukan. Salah satunya dengan jarak tanam yang tepat. Selain itu, menekan penyebaran penyakit Jamur Akar Putih (JAP). “Petani dibina intensif mengenai metode pemeliharaan, pemberian pupuk dan jarak tanam bibit cengkeh,”ujar Ardana, Minggu (6/6) kemarin.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Buleleng Ir. Ketut Nerda mencatat 2013 lalu serangan JAP dari luas areal cengkeh 7.217,34 ha sudah terserang 1.342,62 ha dengan intensitas serangan ringan 551,45 Ha dan berat 781,17 ha. Serangan terluas berada di wilayah Kecamatan Busungbiu mencapai luas 739,33 ha diikuti Kecamatan Seririt 226.31 ha. Atas kondisi itu pemerinta kemudian berupaya memberi pembinaan intensif melalui sosialisasi Surat Edaran dan Peraturan Bupati Buleleng. Salah satunya tidak boleh mengambil atau memungut daun cengkeh. Selama kurun tiga tahun belakangan terjadi penurunan serangan JAP dari luasan 1.342,63 ha pada awal tahun 2016 (30%) dengan intensitas serangan ringan 465 ha dan berat 475 ha.
Sumber : Bali Post