Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali mengimbau ritel atau pedagang besar dan distributor untuk memberikan diskon, khususnya untuk kebutuhan pokok, menjelang Lebaran untuk mengendalikan inflasi.
Ketua TPID Bali Ketut Sudikerta dalam pertemuan tim tersebut bersama instansi terkait di gedung Bank Indonesia di Denpasar, Kamis, menjelaskan imbauan itu merupakan strategi kebijakan perdagangan dalam menekan inflasi menjelang hari besar keagamaan.
Sudikerta juga mengimbau ritel dan distributor untuk tidak menaikkan harga menjelang Lebaran.
Pihaknya akan melaksanakan inspeksi mendadak ke pasar menjelang hari besar keagamaan, penyediaan agenda pasar murah, penyediaan data kecukupan stok komoditas perdagangan terkini, seperti komoditas sembako utama, sayuran, dan bumbu-bumbuan untuk tiga bulan ke depan.
TPID Bali juga mendorong perluasan "urban farming" dan Puspasari atau pertanian memanfaatkan lahan sempit di perkotaan di Bali.
Peningkatan jangkauan sumber produksi pertanian seperti beras dan bahan makanan terhadap pusat pemasaran produk dan Bulog dalam berbagai kegiatan jual beli.
"Penyediaan sistem pergudangan dan `cold storage` untuk menjaga ketersediaan pasokan sepanjang tahun serta menghadapi panen raya dan masa paceklik," ucapnya.
Mengingat distribusi beberapa kebutuhan di Bali juga didatangkan dari luar daerah, maka kerja sama antardaerah perlu diintensifkan.
Untuk itu diperlukan pemetaan surplus defisit di seluruh kabupaten-kota terkait berbagai komoditas dan dilakukan kerja sama perdagangan antardaerah guna menjaga kestabilan harga.
Kerja sama itu khususnya dilakukan terlebih dahulu antar-kabupaten/kota di Bali, yaitu antara daerah yang surplus dengan daerah yang defisit.
TPID Bali mencatat tingkat harga mengalami deflasi pada Maret 2017 yaitu minus 0,02 persen sama dengan Nasional yang juga mengalami deflasi pada periode yang sama minus 0,02 persen.
Secara tahunan, inflasi Bali pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 4,4 persen, masih dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2017 yang sebesar empat "plus minus" satu persen.
Perkembangan tersebut seiring dengan menurunnya tekanan inflasi kelompok "volatile food" atau kelompok pangan yang rentan mengalami fluktuasi harga seiring dengan kinerja produksi komoditas hortikultura seperti cabai rawit dan cabai merah yang mulai membaik dengan didukung adanya panen raya.
Sumber : Antara Bali