Denpasar (Antara Bali) - Kota Singaraja, Bali utara mengalami inflasi sebesar 0,88 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 132,48 pada bulan Juli 2016 serta tingkat inflasi tahun kelender Juli 2016 sebesar 2,45 persen.
"Sedangkan inflasi tahun ke tahun yakni Juli 2016 terhadap Juli 2015 sebesar 3,83 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, inflasi tersebut ditandai dengan meningkatnya indeks yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,25 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,22 persen dan kelompok kesehatan 0,83 persen.
Selain itu juga kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,50 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,44 persen, serta kelompok sandang 0,41 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,21 persen.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas yang mengalami peningkatan harga selama bulan Juli 2016 antara lain kontrak rumah, cabai rawit, ayam goreng, daging ayam ras, angkutan antarkota, sewa rumah, tomat sayur, tarif listrik, kentang, apel, gula pasir, telur ayam ras, obat dengan resep, sabun mandi, tongkol, baju kaos berkerah, kembung rebus,, tas sekolah dan mie kering instan.
Selain itu juga bayam, ekor kuning, daging ayam kampung, ketimun, salak, cekalang, dan telur ayam kampung.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bawang merah, ikan layang, bawang putih, jeruk, teri, kecambah, pepaya, daging sapi dan cabai merah.
Adi Nugroho menjelaskan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 78 kota mengalami inflasi dan empat kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,34 persen dan terendah di Gorontalo sebesar 0,06 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Jayapura 1,10 persen dan terendah di Maumere 0,05 persen. Jika diurut dari kota yang mengalami inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-30 setelah Kota Sibolga, ujar Adi Nugroho. (WDY)
Sumber : Antara Bali